10 Apr 2017

Lost and Found - Tentang Bertemu dan Menemukan



Judul: Lost and Found
Penulis: Fanny Hartanti
Tahun: 2016
Penerbit: Gramedia Pustaka Utama
Desain sampul: Orkha Creative
ISBN: 978-602-0327693
Jumlah halaman: 248 hal.

***

Blurb
Rachel tak sengaja meninggalkan organizer-nya di taksi, padahal di dalamnya berisi paspor, SIM, dan KTP. Akibatnya dia batal melakukan liputan ke Singapura dan terpaksa merelakan rivalnya, Amy, bertugas menggantikannya.
Andy menemukan organizer tersebut, tapi kesalahpahaman terjadi sehingga dia tidak pernah mengembalikan benda itu pada Rachel.
Takdir mempertemukan Andy dengan Rachel dan cinta pun tumbuh. Namun, rahasia dan luka masa lalu menghalangi kebersamaan mereka. Apakah cinta cukuo untuk mengisi apa yang pernah hilang dalam hidup mereka?
***



Pertama, novel ini termasuk ke dalam daftar buku yang ingin aku baca di tahun 2017. Kenapa? Ada dua alasannya. Yang pertama karena desain sampulnya sialan banget kerennya dan bikin aku sukses untuk langsung beli novel ini begitu gajian LOL. Yang kedua karena genre-nya metropop. Udah lama banget aku belum menerima “asupan” metropop sejak awal tahun 2017 ini. Jadi ya, kupikir good choice lah!

Cukup bahaya sih ya aku kalau belanja buku. Bermodal desain sampul yang lucu dan genre aja , aku bisa impulsive kayak gini. Meskipun nama penulisnya sama sekali belum aku kenal, tapi bermodal dua hal tersebut aku berani untuk memasukkan Lost and Found ini ke daftar bacaan.

Okay, lanjut mengenai kisah yang ada di dalam novel ini. Berbekal blurb yang ada di belakang, aku agak hoki sih karena tokoh utama bekerja di bidang jurnalistik. Mengingat dulu, waktu masih kuliah sempat terjun ke dunia yang asik dan cukup menegangkan itu. Ditambah dengan kerjaan tokoh yang bekerja di sebuah majalah dan sering pergi ke mana-mana, jadi semakin semangatlah aku buat baca buku ini.

Rachel, wartawan di Majalah POSH, kehilangan organizer yang di dalamnya terdapat dokumen penting. Dia jadi nggak bisa melakukan tugasnya sebagai wartawan karena peristiwa kehilangan tersebut. *begitu baca ini aku langsung nyari-nyari paspor* Untungnya ada pria bernama Andy yang menemukan organizer berwarna hijau tersebut di dalam taksi. Awalnya Andy ingin mengembalikan benda itu sama Rachel, namun mendadak ia urungkan karena sikap gadis itu yang jutek dan judes saat pertama kali bertemu.

Berbekal kebetulan yang menyenangkan, penulis menciptakan takdir Rachel dan Andy. Mereka kemudian terlibat kisah cinta yang digambarkan secara sederhana dan ringan. Kisah cinta mereka pun nggak terlalu banyak diekpos oleh penulis. Hal tersebut malah membuat aku nggak merasa terjejali. Pas!

Lost and Found ini memang kisah tentang kehilangan dan menemukan yang unik. Rachel kehilangan organizer-nya, namun ia beruntung banget karena menemukan cinta lewat peristiwa itu. Ah, manis sekali kalau dibayangkan. Namun, seperti kebanyakan kisah cinta, selalu ada bagian pahitnya. Apalagi saat kehadiran Amy dan sebuah rahasia yang dia simpan. Secara tidak langsung ia turut bertanggung jawab atas renggangnya hubungan Rachel dan Andy.

Hih! Sebal banget sama Amy ini. Sebagai seorang wartawan yang lebih senior dari Rachel, nggak sepantasnya dia melakukan tindakan curang seperti itu. Selain bakalan malu pada akhirnya, dia juga akan menghambat karirnya sendiri. Tapi, ada sebuah moral value yang bisa aku ambil dari secuil kisah Amy dan Rachel. Bahwa memelihara rasa iri itu bener-bener nggak baik. Seperti kutipan di bawah ini.

Kita harus bisa menggali potensi diri, tanpa perlu membanding-bandingkan dengan orang lain—hal. 205


Selain itu, pembaca juga bisa mencontoh sikap Amy pada saat ia mengakui kesalahannya pada Rachel. Ia meminta maaf bukan berarti kalah (ya walaupun dia memang salah sih). Namun dengan hal itu dia juga bisa belajar dari orang lain. Belajar ‘kan nggak melulu dari orang yang lebih tua.

Gue bisa belajar dari lo. Lo juga bisa belajar dari gue—Amy, hal. 205


Over all, aku cukup menikmati novel ini. Meskipun novel metropop, agak disayangkan taste dari genre tersebut kurang berasa pada kisah Rachel di sini. Nggak banyak kehidupan kaum urban yang “Rachel banget”, jadi ya berasa ringan aja bacanya. Namun, aku suka dengan penuturan penulis tentang pekerjaan Rachel yang seorang wartawan. Runtut dan lengkap. Rapat redaksi ada, liputan ada, persaingan ada, editor yang nguber-uber ada, kondisi kantor lengkap dengan anak magang juga ada. Me likey! Berasa kembali ke zaman kuliah.

Terakhir, kalau kamu butuh bacaan yang ringan dan nggak mau mikir berat-berat, novel ini merupakan pilihan yang tepat. Oh iya, ada beberapa kutipan yang aku suka dari novel ini. Sengaja aku simpan di akhir hihi.

The best thing to med a broken heart is to spend time with your friends—hal. 215


Cinta bukan tombol yang bisa dinyalakan dan dimatikan kapanpun kita mau—hal.224


Kalau masih sayang, kenapa nggak coba sambung hubungan kalian lagi?—hal. 240




Selamat membaca!

2 Comments:

  1. Eah jadi penasaran sama novelnya, bisa masuk daftar baca juga nih di 2017.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Bisa banget mas jadi bahan bacaan di tahun 2017 ini hehe. Selamat baca!

      Hapus

Halo! Jangan lupa tinggalkan komentar, siapa tahu kita bisa diskusi bersama. Mohon tidak meninggalkan link hidup ya. Thankyou :)