17 Feb 2018

Eiffel I’m in Love 2, antara Kapan Nikah, Kompor dan Sweeper Jangan Mencuri



Hula gengs! Udah pada nonton film Eiffel I’m in Love 2 belum nih?

Film ini merupakan sekuel dari Eifeel I'm in Love yang pertama. Itu lho film yang bercerita tentang anak SMA bernama Tita yang 'katanya' dijodohkan dengan anak teman orangtuanya, Adit. Film ini dibuat berdasarkan novel best seller karya Rachmania Arunita. Denger-denger sih, novel Eiffel I'm in Love ini dibuat penulis pada usia 15 tahun. Kalau kamu sempat baca novelnya, kentara banget nuansa remaja kinyis-kinyis yang dimabuk asmara.

Film pertama Eiffel (gini aja ya nyebutnya, biar nggak ngetik kepanjangan xixixi) membuat saya jatuh cinta dengan sosok Adit dan Tita. Ya gimana ya? Pertama kali saya nonton film ini tuh saat duduk di bangku SMP. Iya, saat itu kisah Adit dan Tita menjadi kiblat awal hubungan cinta monyet saya. Waduduy~ Dulu sebelum beneran mengenal cinta, saya selalu beranggapan kalau punya cowok yang arogan, galak, songong, dan dingin kayak Adit itu juwarak! Bayangan ala-ala anak SMP sih ya~ Eh pas dikasih kesempatan dapet cowok yang galak, agak garang yang pas marah doang, hanya bertahan 7 bulan karena nggak tahan. WKWK

Setelah sakses dibuat klepek-klepek lewat film Eiffel pertama, saya kemudian penasaran ingin baca novelnya. Eh, semesta lagi baik hati rupanya. Saya menang salah satu kontes #SuratCintaEiffel yang diadakan penerbitnya. Hadiah utama sih uang tunai dan merchandise, tapi saya minta tukar untuk dua novel Eiffel, yaitu Eiffel I'm in Love dan Lost in Love. Dua novel itu lalu saya babat habis dan baca berulang-ulang bahkan sampai sekarang.

Film Eiffel pertama nyambung sih sama novelnya. Secara si penulis turut andil dalam pembuatan skenarionya. Kalau ngomongin film yang kedua yaitu Lost in Love, saya mmm gimana ya? Beda aja feel­nya. Seakan ada Adit dan Tita baru. Pevita dan Richard Kevin memang secara chemistry dapet. Namun hati saya kok terpatri bahwa Adit dan Tita itu ya Samuel Rizal dan Shandy Aulia. Titik, nggak bisa nawar!

Oke, lanjut ke film Eiffel yang kedua. Jujur, saya excited banget waktu tahu bakalan ada Adit dan Tita versi original (ehe). Saya niatin untuk ngajak siapa aja yang mau nonton bareng film cinta-cintaan, lokal lagi. Untungnya cahabat saya bersedia untuk menemani saya yang fakir film dan mulai rindu sosok cowok kayak Adit ini (halah). Cus deh kami nonton, meskipun sempat ada insiden berdarah di bioskop (kursi kami dislepet orang! Akhirnya kami duduk di bangku baris B yang deket tembok. Padahal aslinya kami duduk di baris D. Ngehe nggak tuh?!!!)

Maaf ya kalau sedikit spoiler. Dikit aja kok. Janji deh~

Sumber: giphy.com
Jadi cerita diawali dengan Tita yang udah jadi dokter hewan dan Adit yang seorang arsitek (hasil nebak aja sih) yang LDR selama 12 tahun. Mohon maaf lagi, LDR 12 tahun tuh setara dengan segelas susu dua kali sekolah SMP dan SMA. Ya nggak apa-apa sih. Toh mereka yang pacaran dan jalani LDR. Tapi ngilu aja bayanginnya :'(

Pertanyaan kapan nikah buat hubungan mereka goyah

Sumber: id.bookmyshow.com
Nggak di kenyataan, nggak di cerita film, pertanyaan kapan nikah emang ampuh memporakporandakan mood seseorang. Apalagi buat Adit Tita yang udah 12 tahun LDRan. Duh, nggak kebayang deh gimana kzl-nya Tita. Short of long, Tita dan sekeluarga pindah ke Paris. Litterally sekeluarga lho. Bunda, Papa, Alan, Uni (sorry, im gonna hate you huhu!) dan Tita, cabs ke Paris. Alasannya ingin mengurus restoran keluarga yang sempat tutup karena Om Reza (Ayah Adit) meninggal dunia setahun yang lalu. Iya, apapun alasannya, saya nggak berhak mengomentari. Urusan rumah tangga soalnya huhu, tapi ya nggak harus mengorbankan kerjaan Tita juga~. Iya, Tita akhirnya ngalah dan resign dari kerjaannya di Jekardah untuk bisa nggak LDR-an lagi sama Adit. Kalau saya sih masih mikir ribuan kali. Cari kerjaan susyah bok, di zaman now. Bukan kepindahan Tita aja yang bikin waw, di cerita film ini juga dijejalkan Adam, sahabat Tita selama 11 tahun yang udah ketebak kalau dia suka sama Tita.

Eh, ada kompor yang turut memperkeruh keadaan

Sumber: http://www.feedme.id
Udah tahu lagi menghadapi masa-masa kritis dalam hubungan, masih aja lho ada kompor yang manas-manasin keadaan. Iya, ini semua saya curiga karena Uni. Di kacamata saya, Uni seperti kompor yang hih bikin saya ingin (maaf) maki-maki saking nyetel api terlalu besar. Ya gimana nggak kzl? Setiap, saya ulangi, SETIAP Tita dan Adit berantem, Uni selalu aja memprovokasi Tita. Jangan-jangan Adit gini lah, gitu lah. Uni juga yang membuat Tita berfantasi kalau Adit akan melamar Tita. Gzzz, Uni :'( Saya yakin nih kalau Uni ini kayak Moriarty dalam film Sherlock Holmes yang selalu menjadi dalang di setiap kasus pembunuhan. Kamu jangan-jangan psychopath get bored ya Un?

Lalu datang Sweeper Jangan Mencuri dalam sosok Adam

Tiap lihat Adam tuh rasanya pengin nyanyi: Tak bisa hatiku menampikkan cinta. Karena cinta tersirat bukan tersurat. Meski bibirku terus bekata tidak. Mataku trus pancarkan sinarnya~ Saking sukanya Adam ke Tita itu keliatan banget. Itu lagu Zigas anyway :D

Iya, soalnya Adam juga turut ngomporin meski apinya kecil. Walau dari awal udah tahu kalau Adam syuka banget sama Tita, tapi saya nggak nyangka kalau dia berani nembak Tita rigth after Tita breakup with Adit. Huhuhu sahabat cem apa kamu Dam? Maaf juga kalau saya mengibaratkan Adam jadi Sweeper Jangan Mencuri. Soalnya udah tahu Tita baru putus, masih labil, masih emosi, dan butuh sandaran, eh…berani-beraninya dia memanfaatkan keadaan. Pakai ngasih cincin segala lagi!

Eiffel I'm in Love 2 tentang kapan nikah, kompor dan Sweeper Jangan Mencuri?

Iya, kurang lebih seperti itu. Sekali lagi, ini menurut saya lho ya. Tapi ma luvey duvey Adit kembali memegang kendali. Ya meskipun rada lama juga dan semua kembali dalam jalur. Adit dan Tita ya…gitu. Nanti kalau saya ceritain, spoiler-nya makin parah. Xixixi.

Soal pemain yang sama dari film Eiffel 1 gimana? Ada yang aneh nggak?

Nah ini! Justru saya ingin mengapresiasi tim produksi yang berhasil menghadirkan seluruh pemain di film pertama. Gzzz, saya rindu Nanda yang cablak, Uni yang (ngezelin), Alan, Papa Helmi Yahya yang bijak tapi tunduk dengan aturan Bunda, Bunda yang masih protektif tapi Alhamdulillah udah pake hijab (luv!) dan…udah sih kayaknya itu aja. Saya ragu sih apa bibi dan Pak Prama dimainkan aktor yang sama atau tidak. Maaf, saya lupa e~

Trus yang terpenting Adit dan Tita! GOSH, THANKS FOR MAKE MY DREAM COME TRUE! Dulu sempat bikin lanjutan film Eiffel ini di salah satu blog. Eh beberapa (belas) tahun kemudian jadi nyata. Samuel masih aja tengil dan galak. Aktingnya juga masih sama! Apalagi si Shandy Aulia. Meski udah lama, Tita-nya dapet banget! Manjanya, suaranya, tingkahnya. Semuanya! Mungkin bedanya di alis doang sih. Tita yang dulu belum jago gambar alis soalnya hiwhiw.

Tapi maaf, excited-ku ternodai dengan beberapa scene yang meng-ambyar-kan logika

Sumber: giphy.com
Pertama, scene dimana Tita nanyain ke bibi apakah Adit nelepon HP bibi apa nggak. Lalu saya sadar, Tita, seorang dokter hewan, umur 27 tahun, NGGAK PUNYA HP. For the sake of  abang-abang counter HP, lini cerita yang ini nggak masyuk. Iya sih, Bunda.memang over protective, tapi apa nggak berlebihan? Trus pas Tita ulang tahun dan dibeliin Ipad sama Adam, Bunda nggak marah sama sekali. Jelas bukan masalah duit dong ya kalau Tita nggak punya HP? Karena sebagai dokter hewan beli HP tuh bukan hal yang mustahil atau sulit buat Tita. Trus karena apa dong? Kalau masalahnya di Bunda, lah itu dikasih Ipad sama Adam tenang-tenang ae. Ini yang masih jadi misteri hingga di akhir film. Akhirnya menguap dan saya udah diusir pergi dari bioskop karena kelamaan ngendon di kursi.

Kedua, scene Tita yang masih sueger buger setelah flight dari Jakarta – Paris dan masih punya tenaga buat berantem sama Adit. Saya iseng aja sih googling berapa lama perjalanan dari Jakarta ke Paris. Dilansir dari laman salah satu aplikasi booking tiket hits, dari Jakarta ke Bandara Charles de Gaulle, dibutuhkan waktu 15 jam 45 menit. Waktu tempuh yang segitu aduhainya ditambah dari scene di pesawat yang menunjukkan mereka duduk di kelas ekonomi yang empet-empetan, rada mustahil sih kalau sesampainya di Paris mereka masih seger buger. Alis masih ok, baju ok dan nggak ngantuk sama sekali. Saya mencoba positive thinking. Mungkin mereka tidurnya cukup selama di pesawat. Mungkin sebelum take off mereka touchup dulu. Ehehehe

Ketiga, scene Pak Prama yang jemput dan nganterin sampai rumah Adit. Saya nggak tahu ya ini budaya di sana atau memang jalan ceritanya, tapi Pak Prama yang notabene sopir keluarga Adit terlihat ngeloyor pergi begitu saja pas nurunin penumpang. Normalnya sih, sopir itu kan basecamp-nya di rumah atasannya dong ya. Nah ini Pak Prama tak terlihat SAMA SEKALI pada scene-scene berikutnya di rumah Adit. Rumah Adit terlihat suepi dan tak berpenghuni kecuali Tita sekeluarga. Saya jadi curiga, jangan-jangan Pak Prama nyambi jadi sopir Uber di sana.

Keempat, scene Adam yang terlihat bisa lihai mengendari mobil saat nganterin Tita di Paris. Iya, sebagai turis yang pertama kali (anggapan saya) datang ke Paris, Adam terlihat pro banget. Buktinya udah bisa menyetir mobil (mobilnya bagus lagi xixi) which means Adam udah tahu dong seluk beluk jalanan kota Paris kayak apa. Oh iya satu lagi, Adam mendadak bisa bahasa Perancis. Waw apakah ini mukzizat?

Trus ada scene yang bikin meleleh nggak?

OH TENTU ADA!

Pertama, scene saat Adit menelepon Tita apakah pesanan McD-nya udah sampai atau belum. Suara Adit yang bertanya itu lho, brrrr bikin pengen meluk seseorang! Tapi sayang, scene yang bikin meleleh ini dirusak dengan sepasang muda-mudi yang malah asyik berpelukan dan berisik sendiri tepat di sebelah saya. KAN PENGIN KAK!

Kedua, scene tentang Adit yang terpesona saat melihat Tita menggunakan dress yang dia belikan. Man, ekspresinya itu lho priceless! Nggak ada kata-kata lain selain priceless sepertinya huhu.

Ketiga, scene waktu Adit dan Tita beli crepes. Tita dengan polosnya bertanya itu apa? Lalu dibalas Adit dengan, menurut lo apa? Tita balas lagi kayaknya crepes. Lalu Adit dengan garangnya bilang yaudah berarti crepes!! Duh….garang-garang gitu tapi tetap juwarak ya Diiiiittttt.

Terakhir, scene waktu Tita dan Bunda jalan-jalan. Bonding antara Tita dan Bundanya itu lho, bikin inget sama mamake di rumah. Satu kutipan dari Bunda yang paling juwarak! Yaitu Menikah itu nggak cukup modal cinta. AKU BOCAHMU, BUNDAAA~

Dan semua scene tersebut, disajikan apik dengan sinematografi yang ciamik. Berasa banget perbedaannya dengan film Eiffel 1. Di film ini saya berasa sedang nonton film setara Hollywood. Meski saya bukan orang film, tapi tone dan moving kameranya bikin saya merinding saking bagusnya.

Bonus, ada satu scene ngehe yang masih bisa dimaafkan

Waktu perjalanan Jakarta – Paris, muncul animasi perjalanan pesawat dari CGK ke CDG. Mirip-mirip scene animasi di film Mortdecai (kalau nggak tahu itu film apa, googling dolo ya!) saat Mortdecai melakukan perjalanan pindah-pindah negara. Animasinya jujur hampir sama epiknya sih. Tapi tulisan kotanya itu lho. Bikin ngelus dada. Tulisan yang digunakan untuk kata PARIS dalam animasi menurut saya kuriiiiing. Kayaknya jenis huruf yang digunakan tuh Freestyle Script (default Microsoft) dan pemakaiannya kapital semua. Menurut saya sih mending pakai Times New Roman ajalah sekalian biar nggak ngerusak ke-epikan animasi.

Worth it nggak nih?

Dari 5 bintang saya berikan 3 bintang. Tapi kalau dibandingkan dengan film pertamanya, saya dengan mantap akan memilih film Eiffel I'm in Love yang pertama. Kalau kamu masih tanya kenapa, ketahuan nih nggak baca tulisan ini dari awal, hih~

Akhir kata, selamat menonton ya. Nggak perlu bawa tisu kok kalau mau nonton film ini. Cukup bawa lengan yang bisa diuyel-uyel aja biar pas lihat tingkah Adit makin geregetan.

Oh iya, mohon maaf kalau ada kata-kata yang kurang berkenan atau bahkan kurang sopan. Ya inilah review dari saya. Jujur dan apa adanya.
Sumber: giphy.com
P.s. featured image diambil dari: id.bookmyshow.com

Love,


5 Comments:

  1. Heheheh reviewnya keren and kocak ^_^
    Aku belum nonton movienya,, cukup baca review seperti ini cukuplah mengobati rasa rindu pada Mas Aditnya Tita heheheh

    Mungkin Mas Adam prnh nyambi kerja jadi sopir Uber di Paris bertahun-tahun bareng Pak Prama.. Jadinya tahu jalanan Paris plus Punya Bahasa Perancis yang bagus hohoho

    BalasHapus
    Balasan
    1. Adit dan Tita ini emang bikin rindu ya mba :D

      Hapus
  2. Ini salah satu film yang aku tunggu juga tapi sampe sekarang belum sempet nonton.
    Dan aku pun love banget sama pasangan ini dari film yang pertama, yang aku tonton pas SMP juga. Duh baca ini jadi pengen cepet2 nonton buat liat Adit hehe

    BalasHapus
    Balasan
    1. Ayo mba buruan nonton. Dijamin geregetan liat tingkah Adit ke Tita :D

      Hapus
  3. jadi pengen nonton filmnya abis baca artikel ini hehe

    BalasHapus

Halo! Jangan lupa tinggalkan komentar, siapa tahu kita bisa diskusi bersama. Mohon tidak meninggalkan link hidup ya. Thankyou :)