13 Jul 2018

#SobatQismin Dilarang Sakit



Kalau badan lagi fit dan sehat-sehatnya, istilah sehat itu mahal harganya nggak akan terasa. Hal ini persis saya alami dua minggu yang lalu. Badan rasanya ya biasa aja, masih semangat buat bekerja dan lihat Youtube sambil sesekali main Ludo di ponsel. Namun sorenya, badan seperti dihantam angin dari kutub. Semangat yang tadi pagi masih ada, saat itu hilang entah kemana. Yang saya rasa hanya panas dingin dan kepala pusing sekali.


Oh ini yang namanya sehat itu mahal harganya. Makan nggak enak, tidur nggak nyaman, bahkan buang air kecil pun nggak selega biasanya.

Meski hanya panas dingin dan sakit kepala, saya langsung periksa sepulang bekerja. Sempat deg-degan sih soalnya sampai klinik udah hampir pukul 10 malam. Takut klinik tersebut nggak nerima pasien meski di papan tulisan tertera pelayanan 24 jam. Namanya orang sakit, penampilan saya juga seadanya. Pakai kaus dan celana jogger pants, kerudung dan flat shoes.

Namun penampilan yang seadanya tersebut agaknya membuat dokter yang saat itu berjaga mungkin agak males liat saya. Mendengar keluhan saya aja, beliau sambil makan nastar dan anggur. Kontak mata yang menandakan seseorang menaruh perhatian pada seseorang yang berbicara pun rasanya ndak ada. Ya mungkin ngabisin makanan sisa lebaran lebih urgent kali ya biar nggak mubadzir. Tapi setahu saya, etika memeriksa (atau mendengar keluhan) pasien nggak segitunya sih hehe.

Lewat hal ini saya sadar bahwa sobat qismin seperti saya dilarang sakit. Dilarang sakit kalau nggak bisa menahan emosi karena disambi makan nastar dan anggur sisa lebaran padahal lagi tahap konsultasi keluhan yang dirasakan.


Satu minggu setelahnya, setelah dua kali bolak-balik ke klinik, panas dingin dan pusing saya masih tak terkendali. Dokter terakhir pun menyarankan untuk periksa darah. Klinik tersebut menyarankan untuk periksa darah di sebuah rumah sakit agar semua biaya bisa dicover BPJS. Sebagai sobat qismin, saya mengiyakan tanpa riset lebih lanjut bagaimana prosedur untuk pemeriksaan darah di rumah sakit. Akibat kurang riset dan baru pertama kali (plus agak kesiangan juga) saya akhirnya mengantri dan mendapatkan nomer 52 :) bisa dibayangkan kan bagaimana riuh ramainya poliklinik saat itu? Pun karena satu dan lain hal terjadi beberapa pengaretan, hingga akhirnya saya harus sabar mengantri selama 6 jam lebih untuk bisa konsultasi dengan dokter dan izin untuk pemeriksaan darah.

Lagi-lagi, sobat qismin memang dilarang sakit. Dilarang sakit kalau nggak sabaran dan maunya didahulukan. Sebab yang sakit dan mengantri tak hanya satu dua orang, tapi bisa ratusan pasien dalam sehari. Saya pun sempat hampir hilang sabar karena nggak kuat dengan kepala yang rasanya ingin saya benturkan saking sakitnya :) Tapi untung ada mama saya yang selalu menguatkan. Sampai akhirnya saya mendapat penanganan dan pemeriksaan darah.

Ketika saya masuk ruang rawat inap pun, jiwa sobat qismin saya diuji lagi.

Saat itu saya dirawat inap di kamar kelas 1 untuk 2 orang. Pemisahnya hanya sebuah tirai. Saya pikir ah nggak apa-apa. orang sakit pasti nggak akan berisik kan ya? Namun kenyataan sedikit melenceng dari dugaan saya. Tetangga kamar saya begitu masuk ruangan sudah teriak-teriak. Saat itu saya kurang tahu sih beliau sakitnya apa, tapi yang menjadi fokus saya adalah kepala yang pusingnya semakin menjadi. Bisa dibayangkan dalam kondisi tenang saja kepala rasanya sakit sekali. Apalagi ditambah dengan suara raungan yang hanya berjarak beberapa kepalan tangan? Saat itu ingin rasanya mohon agak dikecilkan suaranya. Biar sama-sama enak dan nggak ada yang dirugikan. Namun hal tersebut saya urungkan. 

Sebuah bukti bahwa sobat qismin memang benar-benar dilarang sakit. Dilarang sakit kalau nggak bisa toleransi dengan orang lain. Akhirnya saya merelakan istirahat malam dan menggantinya dengan tidur di kala pagi. Saya yang awalnya agak kesal dengan tetangga sebelah, kini malah akrab. Malahan beliau sempat turut mendoakan saya biar segera sehat dan pulang ke rumah. Ah, serunya menjadi sobat qismin~

Tulisan ini dibuat untuk memorabilia diri. Agar bisa lebih menahan emosi, sabar dan bertoleransi lagi. Mempunyai segala macam kartu atau asuransi bukanlah sebuah jaminan untuk didahulukan. Sebab antri adalah mutlak.

Semoga ada hal baik yang bisa kamu ambil dari tulisan ini yha. Paling tidak, mari jaga kesehatan diri. Soalnya lebih baik makan seblak daripada makan obat hehehe…

Love,


2 Comments:

  1. Semoga kita semua sehat-sehat selalu ya mbak.. Sakit itu ga enak :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. Aamiin mbak. Semoga sehat-sehat selalu :D

      Hapus

Halo! Jangan lupa tinggalkan komentar, siapa tahu kita bisa diskusi bersama. Mohon tidak meninggalkan link hidup ya. Thankyou :)